News
Loading...

JUBELINA: RAKYAT PAPUA BUKAN OPM, TAPI MASYARAKAT BIASA

Ilustrasi@
KEEROM-- Salah satu pelajar, Jubelina Kuyi, dari 38 warga pengungsi yang akhirnya tiba di Keerom dengan selamat (19/11), membacakan pernyataan bahwa mereka bukanlah Organisasi Papua Merdeka (OPM), melainkan warga masyarakat Papua yang ingin hidup damai di kampung.
Jubelina Kuyi membacakan pernyatan yang terdiri dari 12 point tersebut dihadapan Bupati Kabupaten Keerom Yusuf Wally ,SE,MM , Wakil Bupati Kabupaten Keerom, Muh Markum ,SH, Sekda Kabupaten Keerom Yerry F Dien serta Kepala dinas Keuangan dan Aset Kabupaten Keerom Fredi H Wona yang menyambut kedatangan para pengungsi tersebut. Selain Pemda Kabupaten Keerom turut hadir dalam penyambutan di Dekenat Keerom tersebut, Kapolda Papua Irjen Pol. Tito Karnavian dan Pangdam XVII cenderawasih Mayjen TNI  Chistian Zebua.
“Kitong (kita) ini masyarakat biasa, kitong ini bukan OPM (Organisasi Papua Merdeka). Kitong ini masyarakat asli Papua yang ingin hidup damai di kitong pu (punya) kampung jadi stop stikma kami dengan tuduan Opm.
Jubelina juga mengakui kalau mereka takut ditembak sehingga pergi mengungsi. “Kitong (kita semua) takut dapat tembak, jadi kitong lari ke hutan sembunyi. Kitong berterimakasih, karena Lembaga Hak Asasi Manusia (HAM) ELSHAM Papua datang ketemu kitong di hutan dan bawa pulang ke kampung. Kitong harap Dekenat Keerom dan Bapak Bupati tolong jaga kitong pu (punya ) keamanan,” kata Jubelina dan anak-anak lainnya dalam pernyatan yang dibacakan oleh Jubelina.
Anak-anak yang ikut mengungsi ini dengan polosnya langsung menyampaikan keluhan mereka, selain keluhan saat mereka mengungsi. “Anak-anak sekolah tra punya seragam sekolah SD, SMP DAN SMA dan kitong harap anak-anak sekolah punya beasiswa. Kitong tra punya kendaraan mau ke sekolah, termasuk kitong tra punya barang-barang atau bahan makanan,” sambung Jubelina.
Bupati Keerom yang menerima pernyataan anak-anak tersebut berjanji akan membantu kebutuhan sekolah serta fasilitas lainnya terutama pendidikan anak-anak dengan menginventarisir kembali secara baik kebutuhan yang ada.
Dalam kesempatan tersebut, terlihat Pangdam XVII Cenderawasih lansung merangkul siswa tersebut dan berjanji akan menjamin keamanan warga yang telah kembali dari pengungsian, terutama anak-anak yang masih menempuh pendidikan.
Nama-nama warga asli Papua yang mengungsi ke hutan :
Nama pengungsi dari Kampung Sawyatami, Hironimus Yaboy (45), Alea Kwambre (28), Afra Kwambre (27), Carles Yaboy (10), Ardila Yaboy (8), Desi Yaboy (4), Lefira Yaboy (1), Markus Kuyi (17), Yustus Kuyi (16), Timotius Kuyi (15), Samuel Kuyi (13)
Nama-nama pengungsi dari kampung Workwana, Lukas Minigir (68), Rosalina Minigir (36), Hanas Pikikir (21), Naomi Giryapon (19), Krisantus Pikikir (12), Penina Pekikir (3), Habel Minigir (33)
Agustina Minigir (21), Adrianus Minigir (2)

Nama-nama pengungsi dari PIR III Bagia, Agustina Bagiasi (35)
Mikael Kimber (18), Jhon Kimber (14), Kristiani Kimber (11)
Serfina Kimber (8), David Kimber (2), Fabianus Kuyi (50)
Martha Tekam (38), Marselina Kuyi (23), Fitalius Kuyi (20)
Margaretha Ibe (19), Jubelina Kuyi (19), Kristianus Kuyi (17)
Frins Alfons Kuyi (15), Emilianus Kuyi (11), Maria Yuliana Kuyi (8), Moses Hubertus Kuyi (5), Rati Kimber (1)

Dari keseluruhan warga yang mengungsi, terdapat 8 anak yang berstatus sebagai pelajar, yaitu Yubelina Kuyi, siswi SMA Negeri 1 Swakarsa,arso kelas XII IPA 1, Kristianus Kuyi, siswa SMP Negeri 1 Arso, kelas IX D, Frins Kuyi, siswa SD Inpres PIR III Bagia kelas IV, Emilianus Kuyi, siswa SD Inpres PIR III Bagia kelas III, Charles Yaboy, siswa SD Inpres Sawyatami, kelas IV Nike Ardila Yaboy Sanggwa, siswi SD Inpres Sawyatami kelas 1 Kristian Pekeukir, siswa SD YPPK Dununmamoy Arso, kelas IV Yohana Kimber, siswi SD Inpres Sawyatami, kelas III.  (Jubi/Eveerth Joumilena)



Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment